Monday, January 30, 2012

# KETIKA TUHAN MEMILIH #

Yesaya 6:8. Lalu aku mendengar suara Tuhan berkata: “Siapakah yang akan Kuutus, dan siapakah yang mau pergi untuk Aku?”
 
Tuhan tidak sembarangan dalam memilih seseorang untuk menjadi alat yang efektif di tanganNya. Saat memilih seseorang, Dia menyiapkan sebuah rencana yang besar untuk dilaksanakanNya melalui orang-orang pilihanNya. Ketika memilih Abraham, Dia berencana menjadikannya sebagai bapa semua orang percaya. Ketika memanggil Musa yang tidak pandai berkata-kata, Dia telah memiliki rencana untuk menjadikan sebagai pemimpin yang terbesar yang ada dalam sejarah Israel. Ketika memilih Paulus, Dia merencanakan untuk memakainya sebagai seorang rasul, pengajar dan penulis yang membritakan Injil sampai ke bangsa-bangsa lain. Namun panggilan dan rencanaNya yang mulia itu hanya akan terlaksana sepenuhnya jika ada respons yang benar dari orang-orang yang dipilihNya.

William Branham adalah salah satu hamba Tuhan yang mendapat “calling” atau panggilan tertinggi dalam hidupnya secara spektakuler. Suatu hari ketika William kecil mengambil air, ia mendengar suara angin berhembus di atas pohon. Saat ia mendongakkan kepalanya keatas pohon, tiba-tiba ia mendengar suara, “Jangan pernah minum-minum, merokok atau mencemarkan dirimu dengan apapun karena Aku memiliki satu pekerjaan untukmu saat kau dewasa nanti.” Seiring berjalannya waktu, William mengabaikan panggilan Tuhan yang pernah diterimanya. Setelah dewasa, satu kali William sakit keras hingga nyawanya hampir saja melayang. Saat itulah ia kembali mendengar desir angin serta suara yang sama dikamarnya,”Aku telah memanggilmu tetapi engkau tidak mau taat!” Kata-kata itu didengarnya sampai tiga kali. Kemudian ia menjawab, “Tuhan, jika ini memang Engkau, biarkan aku kembali ke dunia dan aku akan membritakan InjilMu sampai ke sudut-sudut jalan. Aku akan membritakan InjilMu kepada semua orang.” Setelah itu William sembuh dan menyerahkan hidupnya untuk membritakan Injil. Tuhan memakainya dengan luar biasa.

Samuel juga mengalami panggilan secara spektakuler seperti William.        (1 Samuel 3:2-10). Sungguh luar biasa pengalaman William dan Samuel, mereka adalah pelayan-pelayan yang meresponi panggilan Tuhan! Baik William maupun Samuel tahu bahwa bukan pangalaman spektakuler itu yang menjadi berita utama dari panggilan mereka, yang terpenting adalah respons yang benar untuk menggenapi rencana dan panggilan Tuhan dalam hidup mereka.

Adakah hati kita mendengar panggilan Tuhan untuk melayaniNya? Mungkin kita tidak terpanggil menjadi pelayan sepenuh waktu, tetapi yang pasti Tuhan memanggil kita untuk terlibat di salah satu bentuk pelayanan  di tubuhNya, di satu bidang tertentu. Respons kita untuk ambil bagian di dalam pelayanan yang memajukan tubuh Kristus dan meletakkan nilai-nilai Kerajaan Sorga disana, adalah hal yang terpenting. Mari, jangan lari dari panggilanNya, penuhi panggilan kita masing-masing sampai kehendakNya di Sorga terjadi di bumi ini.

# DOA MENUNGGU-NUNGGU #

Tidakkah Allah akan membenarkan orang-orang pilihanNya yang siang malam berseru kepadaNya? Dan adakah Ia mengulur-ulur waktu sebelum menolong mereka? (Lukas 18:7).
 
Saya memiliki seorang anak. Sewaktu kecil, jika dia menginginkan sesuatu, maka dia akan berusaha dengan terus meminta sampai mendapatkannya. Entah sudahbanyak mainan yang saya belikan. Pada suatu hari dia meminta mainan, dan saya sudah bertekad tidak akan memberikannya. Dalam sehari entah berapa kali dia meminta tanpa mengenal lelah, dan saya terus berkata tidak. Suatu hari ketika bangun dan membuka mata, kalimat pertama yang dia ucapkan adalah “Mi, bolehkan?” Kalimat itu benar-benar menggugah hati saya. Saya melihat betapa dia merindukan mainan tersebut, sampai hal itu terbawa mimpi, sehingga ketika bangun hanya kalimat itu yang ingin dia ucapkan. Hati orang tua mana yang tidak akan tergugah melihat kesungguhan anaknya dalam meminta dan kerinduannya untuk mendapatkan apa yang dia inginkan? Hati manusia saja bisa merasakannya, apalagi Tuhan. “Jadi jika kamu yang jahat tahu memberi pemberian yang baik kepada anak-anakmu, apalagi Bapamu yang di Sorga!.....” (Matius 7:11)

Istilah “berseru siang malam” yang digunakan oleh Yesus, tidak hanya mengacu pada penggunaan waktunya. Tetapi sedang mengajarkan kita tentang sebuah ketekunan dalam berdoa. Berdoa siang-malam adalah berdoa terus-menerus sampai Tuhan menjawab. Kita memenuhi setiap sudut Sorga kediaman Tuhan dengan gema doa-doa kita. Dalam Matius, Yesus menamainya doa meminta, mencari, dan mengetuk. Dan tidak akan berhenti sebelum diberi, mendapatkan, dan pintu dibukakan. Daud dan Nabi Mikha menamainya dengan doa menunggu-nunggu.”Perhatikan teriakku minta tolong…..dan aku menunggu-nunggu.” (Mazmur 5:3-4). “Tetapi aku ini akan menunggu-nunggu TUHAN….” (Mikha 7:7). Namun demikian, belajar menunggu-nunngu Tuhan adalah pelajaran yang tidak mudah dalam perjalanan hidup kekristenan kita. Kita sering terdampar dan terkapar dal;am keputusasaan, tekanan dan kegelisahan di dalam jiwa kita, sehingga jiwa kita pun akan menjerit bersama Daud di hadapan Tuhan, “Berapa lama lagi, TUHAN, Kau lupakan aku terus neberus?.....Aku berseru, tetapi Engkau tetap jauh dan tidak menolong aku.” (Mazmur 13:2-3; 22:2).

Bukankah kata-kata ini sering menghiasi doa kita? Tapi percayalah, ada berkat yang menanti, ketika kita belajar untuk menaikkan “doa menunggu-nunggu”. Kita akan melihat keperkasaan Tuhan melepaskan kita dari kesesakan, menikmati mujizat kuasaNya, bertambah kuat dalam iman, karena Tuhan tidak pernah mengecewakan. Kita akan melihat bahwa Dialah Tuhan yang layak kita percayai ketika kabut kelam menutupi jalan kita, asalkan kita terus mempercayaiNya. Kemampuan manusia memang terkungkung dalam batasan waktu, namun Tuhan tidak terbatas pada ruang dan waktu. Saat kita sudah berdoa disertai kesabaran, maka bagian Tuhan yang akan menjawab pada waktuNya. Lelah sudah pasti, namun jangan kita terhenti karena berkat yang menanti akan jauh melampaui kelelahan kita!

PENGAMPUNAN YANG TIDAK TERBATAS

Marilah, baiklah kita berperkara !     -  Firman TUHAN  –
Sekalipun dosamu merah seperti kirmizi, akan menjadi putih seperti salju ; sekalipun berwarna merah seperti kain kesumba, akan menjadi putih seperti bulu domba.  (Yesaya : 1 : 18)
 
Pengampunan Tuhan begitu kuat dan tidak terbatas, sekotor dan sedalam apapun dosa kita, akan diampuni Tuhan.

Firman ini diterima Yesaya saat kwalitas kejahatan dan dosa raja-raja dan rakyat Yehuda dan Yerusalem sudah mencapai puncaknya, setara dengan dosa dan kejahatan Sodom & Gomorah (ayat 10)

Sungguhpun demikian mereka masih tetap beribadah kepada Tuhan, tetapi semua ibadah dan persembahan mereka tidaklah membuat Tuhan bersuka dan berkenan menerimanya, sebaliknya menjadi kejijikan dan melelahkan Tuhan (ayat 11-15).

Oleh sebab itu Tuhan menawarkan jalan “REKONSILIASI” antara UmatNya dan Allah mereka, yaitu PERTOBATAN !!!

Apa itu pertobatan  ?   Berhenti berbuat jahat, dan belajarlah berbuat baik  (ayat 16-17) Berhenti berbuat dosa dan kembali kepada Allah, inilah satu-satunya jalan untuk mengalami PENGAMPUNAN Tuhan yang tidak terbatas itu, ada banyak orang yang ingin diampuni dosannya tapi tidak pernah mau bertobat lebih dulu, ataupun sempat bertobat tapi melakukan lagi dosa yang sudah diampuni Tuhan, sehingga mereka tidak pernah mengalami pengampunan atau membatalkan sendiri pengampunan Tuhan.

Kalau demikian apa yang harus kita lakukan ?

Pada ayat 18 disebutkan : “Marilah, baiklah kita berperkara !....., apa artinya ? akui sejujur-jujurnya segala dosa kita kepada Tuhan, dan bertekat untuk tidak mengulanginya lagi, sebab sebesar apapun hutang dosa kita, sebenarnya Tuhan sudah menyiapkan surat pemutihan hutang dosa kita, sebab pengampunanNya jauh melebihi segala kesalahan kita.
II Korintus : 5 : 19. Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak memperhitungkan pelanggaran mereka………

Maka hidup kita akan menjadi benar-benar berbeda, dari merah kirmizi menjadi seputih salju, dari kutuk menjadi berkat.
II Korintus : 5 : 17, kita menjadi “CIPTAAN BARU”,  Tuhan memandang kita sepertinya tidak pernah berbuat dosa sebelumnya.

Tuhan Yesus memberkati kita, Amin

= Penantian sang Ayah =

Tersebutlah seorang ayah yang mempunyai anak. Ayah ini sangat menyayangi anaknya. Di suatu weekend, si ayah mengajak anaknya untuk pergi ke pasar malam. Mereka pulang sangat larut. Di tengah jalan, si anak melepas seat beltnya karena merasa tidak nyaman. Si ayah sudah menyuruhnya memasang kembali, namun si anak tidak menurut. 

Benar saja, di sebuah tikungan, sebuah mobil lain melaju kencang tak terkendali. Ternyata pengemudinya mabuk. Tabrakan tak terhindarkan. Si ayah selamat, namun si anak terpental keluar. Kepalanya membentur aspal, dan menderita gegar otak yang cukup parah. Setelah berapa lama mendekam di rumah sakit, akhirnya si anak siuman. Namun ia tidak dapat melihat dan mendengar apapun. Buta tuli. Si ayah dengan sedih, hanya bisa memeluk erat anaknya, karena ia tahu hanya sentuhan dan pelukan yang bisa anaknya rasakan.

Begitulah kehidupan sang ayah dan anaknya yang buta-tuli ini. Dia senantiasa menjaga anaknya. Suatu saat si anak kepanasan dan minta es, si ayah diam saja. Sebab ia melihat anaknya sedang demam, dan es akan memperparah demam anaknya. Di suatu musim dingin, si anak memaksa berjalan ke tempat yang hangat, namun si ayah menarik keras sampai melukai tangan si anak, karena ternyata tempat ‘hangat’ tersebut tidak jauh dari sebuah gedung yang terbakar hebat. Suatu kali anaknya kesal karena ayahnya membuang liontin kesukaannya. Si anak sangat marah, namun sang ayah hanya bisa menghela nafas. Komunikasinya terbatas. Ingin rasanya ia menjelaskan bahwa liontin yang tajam itu sudah berkarat., namun apa daya si anak tidak dapat mendengar, hanya dapat merasakan. Ia hanya bisa berharap anaknya sepenuhnya percaya kalau papanya hanya melakukan yang terbaik untuk anaknya.

Saat-saat paling bahagia si ayah adalah saat dia mendengar anaknya mengutarakan perasaannya, isi hatinya. Saat anaknya mendiamkan dia, dia merasa tersiksa, namun ia senantiasa berada disamping anaknya, setia menjaganya. Dia hanya bisa berdoa dan berharap, kalau suatu saat Tuhan boleh memberi mujizat. Setiap hari jam 4 pagi, dia bangun untuk mendoakan kesembuhan anaknya. Setiap hari.

Beberapa tahun berlalu. Di suatu pagi yang cerah, sayup-sayup bunyi kicauan burung membangunkan si anak. Ternyata pendengarannya pulih! Anak itu berteriak kegirangan, sampai mengejutkan si ayah yg tertidur di sampingnya. Kemudian disusul oleh pengelihatannya. Ternyata Tuhan telah mengabulkan doa sang ayah. Melihat rambut ayahnya yang telah memutih dan tangan sang ayah yg telah mengeras penuh luka, si anak memeluk erat sang ayah, sambil berkata. “Ayah, terima kasih ya, selama ini engkau telah setia menjagaku.”

MENANTI-NANTIKAN TUHAN BERARTI BERDOA DENGAN TEKUN, BERHARAP DENGAN PERCAYA DAN YAKIN BAHWA MUKJIZAT TUHAN MASIH TERJADI 

JANGAN DENGAN TANGAN HAMPA

……., tetapi janganlah orang menghadap hadiratKu dengan tangan hampa.  (Keluaran : 23 : 15)
 
Perintah ini Tuhan katakana kepada setiap laki-laki dari bangsa Israel untuk tiga kali dalam setahun mereka harus menghadap hadirat Tuhan, tetapi dengan satu catatan bahwa mereka tidak boleh datang dengan tangan hampa, mengapa ? sebab sejak Orang Israel keluar dari Tanah Mesir, mereka tidak dibiarkan pergi dengan tangan hampa, tetapi Tuhan memberkati mereka dengan semua kekayaan Mesir, sampai-sampai Mesir seperti rumah yang habis kerampokkan habis-habisan (Keluaran : 3 : 21-22), sehingga tidak ada alasan bagi Orang Israel untuk tidak membawa sesuatu saat mereka beribadah kepada Tuhan.

Bagi kita sekarang apa yang harus kita persembahkan saat kita datang dalam setiap Ibadah kita  ?

Ibrani : 10 : 5-7, Persembahan yang dikehendaki Tuhan adalah : TUBUH kita  !!

Kalau Tuhan meminta hewan korban, uang, atau kekayaan, maka tidak semua orang memilikinya, tetapi semua kita yang hidup pasti memiliki tubuh, tetapi tubuh yang mana yang dikehendaki Tuhan ?

Roma : 12 :  1-2, Yaitu tubuh atau hidup yang mengalami “PEMBAHARUAN” sehingga tidak sama dengan cara hidup dunia, tetapi makin serupa dengan cara hidup sorga,  bagaimana caranya  ?

Kalau Roh Kudus memimpin hidup kita, sebab Roh Kudus adalah Roh Kehidupan (Kejadian : 2 : 7), Dia juga Roh Kebangkitan (Roma : 8 : 11) sehingga persembahan tubuh kita akan menjadi PERSEMBAHAN YANG HIDUP.
Kalau Firman Allah menyucikan hidup kita, setiap Firaman yang kita dengar dan kita baca jangan hanya menjadi teori tapi menjadi praktek hidup kita, sehingga persembahan tubuh kita akan menjadi PERSEMBAHAN YANG KUDUS.
Kalau Kasih Allah memenuhi hidup kita, sehingga persembahan tubuh kita akan menjadi PERSEMBAHAN YANG BERKENAN KEPADA ALLAH.
Itulah hakekat dari Ibadah yang sebenarnya, sebab Ibadah bukan untuk meminta-minta kepada Tuhan, tetapi mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, tetapi walaupun kita mempersembahkan sesuatu kepada Tuhan, tangan kita tidak akan pernah hampa, sebab Tuhan akan makin melimpahkan kita dengan berkat-berkat sorgawi .

Tuhan Yesus memberkati kita semua, Amin