Monday, January 9, 2012

# CHRIST OF THE ANDES #

Yesaya 9:5 Matius 5:9.

Christ of the Andes adalah lambang yang mengesankan untuk sebuah perdamaian.Suatu kali, negara Chile dan negara Argentina bermusuhan. Pertempuran sengit di antara kedua negara itu pun tidak bisa dihindari lagi.Setiap hari yang terdengar hanyalah bunyi letusan senjata. Letih dan bosan menghinggapi rakyat di kedua negara itu, terutama pasukan tempurnya.Hingga pada suatu saat timbul keinginan dari mereka untuk hidup berdampingan dengan damai. Kemudian perwakilan dari kedua negara tersebut naik ke Gunung Andes yang menjadi tapal batas kedua negara itu.Di sana mereka mendirikan sebuah patung Kristus yang sangat besar dengan tangan kananNya terbuka dan tangan kiriNya memegang salib. Mereka membuat perjanjian damai dan menuliskannya dibawah patung tersebut.Bunyinya, “Dengan segera gunung ini akan remuk menjadi debu ketika Argentina dan Chile melanggar perjanjian damai di kaki Kristus Sang Penebus.” Di samping kanan patung itu terdapat bendera negara Argentina dan di samping kirinya ada bendera negara Chile.Gunung yang tingginya mencapai 4.200 meter di atas permukaan laut itu telah menjadi saksi bisu turunnya damai bagi negara Argentina dan negara Chile. Seluruh rakyat dari kedua negara itu menghargai perjanjian damai tersebut dan berusaha mewujudkannya sampai sekarang.Suatu kesaksian yang indah!

          Peristiwa bersejarah itu mengingatkan kita akan peristiwa Natal. Berabad-abad sebelum Natal,Yesaya sudah menubuatkan bahwa suatu hari kelak nanti akan lahir Raja Damai. Dan, natal adalah penggenapan nubuat itu. Yesus datang membawa damai. Ada dua dimensi damai yang dibawa Yesus,yaitu perdamaian antara manusia dengan Tuhan dan perdamaian antara manusia dengan sesamanya. Setiap orang yang menerima Yesus secara otomatis menjadi berdamai dengan Tuhan. Dan setiap orang yang sudah berdamai dengan Tuhan, berkewajiban membawa damai itu kepada orang lain.Maka tidaklah mengherankan kalau Yesus memberikan ajaranNya yang berbunyi, “Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak Allah.”
          Sejak kita ikut Sekolah Minggu, sudah diajarkan bahwa Yesus datang membawa damai. Tema-tema Natal di berbagai gereja dan persekutuan pun tidak jauh dari hal ini. Apalagi ketika di sana-sini terdengar kerusuhan. Sekarang, masalahnya adalah apakah setiap orang Kristen bersedia menjadi pembawa damai itu? Apakah kita mau tetap tersenyum kepada orang yang memasang muka kebencian kepada kita? Apakah kita mau tetap berkunjung ke rumah orang yang hatinya sedang tertutup kepada kita? Apakah kita menjadi penengah yang adil dan benar di antara dua orang yang sedang bermusuhan? Tidak mudah, tetapi bukan hal yang mustahil. Yang penting ada komitmen dan semangat untuk kita membawa damai di mana pun kita berada. Niscaya Tuhan yang akan memberikan kemampuan.

Damai itu bukan konsumsi pribadi, maka kita harus berbagi dengan orang lain yang membutuhkan.

No comments:

Post a Comment