Tuesday, December 27, 2011

KASIH MERUPAKAN KATA KERJA

Kata kasih sering digunakan dan didiskusikan seolah-olah sebagai kata benda yang melukiskan sebuah emosi, perasaan - sesuatu yang kita temukan, jatuh cinta, atau cari. Karena itu, sewaktu kita mendengar perintah untuk "mengasihi sesamamu" atau "kasihilah musuhmu", kita menemui kesulitan untuk memahaminya.
 
Namun, apa yang kita lihat  dalam Alkitab dan teladan Yesus menunjukkan bahwa kasih yang terutama dan paling utama merupakan suatu pilihan yang menuntun pada tindakan. Itulah kasih, tidak peduli perasaan, kita harus memilih untuk bertindak dalam kasih kepada sesama.

Kisah tentang Corrie ten Boom.
Semasa perang dunia ke-2, keluarganya memperlihatkan kasih Allah dengan menampung orang Yahudi Belanda di rumah mereka. Ketika pemerintah mengetahui perbuatan mereka, keluarga ten Boom ditangkap dan dimasukkan dalam penjara. Konsekuensi dari "kejahatan" mereka menjadi semakin kejam ketika Nazi memisahkan anggota keluarga mereka seorang dari yang lain. Corrie tidak pernah melihat ayahnya lagi sejak saat itu. Ayahnya meninggal sembilan hari setelah ditangkap.

Corrie dipaksa bertahan di tengah kondisi yang tidak layak bagi umat manusia untuk hidup di Ravenbursk, Jerman. Seperti orang percaya lainnya, Corrie dianiaya, disiksa, dan dilecehkan oleh para penjaga dan petugas kamp. Akhirnya Corrie dibebaskan. Namun ia tidak sepenuhnya bebas karena terus dihantui oleh ingatan dalam penjara dan pikiran yang penuh kebencian pada mereka yang telah menyakitinya.

Setelah Eropa terbuka, Corrie memasuki pintu yang telah dibuka Allah baginya untuk pergi ke Amerika dan menceritakan kisahnya. Satu waktu, Corrie memutuskan untuk kembali ke Belanda. Sewaktu datang undangan untuk berbicara di Jerman, ia menolak. Bagaimana mungkin ia kembali ke tempat yang mana ia memiliki banyak pengalaman yang sangat mengerikan? Ia sungguh-sungguh tidak mau menerima undangan tersebut, akan tetapi di dalam hatinya, ia sadar, bahwa Allah menginginkannya. Jadi akhirnya ia pergi juga.

Dari satu pertemuan ke pertemuan berikutnya, Corrie melihat orang-orang yang ia kenal dalam kamp dimana ia dipenjarakan. Di antara mereka ada orang-orang yang pernah menyiksanya. Perasaan marah dan pahit muncul dalam hatinya, ia berseru pada Tuhan memohon suatu kemampuan untuk mengasihi orang-orang ini. Pada satu acara khusus, ia bertemu seorang pria yang langsung ia kenal sebagai penjaga yang bertanggung jawab akan kematian banyak orang yang tidak berdosa. Ketika laki-laki itu dapat menyalami Corrie pada akhir acara, sangatlah jelas bahwa sekarang pria itu telah menjadi seorang Kristen. Tetapi pria tersebut tidak mengenal bekas tahanannya dulu. Dengan tangan mengajak bersalaman, pria ini menyatakan bagaimana menakjubkan Allah mengampuni.

Ini merupakan pil pahit yang sulit untuk ditelan, dan Corrie tidak yakin bahwa ia dapat menelannya. Tetapi sewaktu ia menggerakkan tangannya menyalami pria tersebut, apa yang terjadi?????? sungguh-sungguh menakjubkan!!! Hati Corrie dipenuhi kasih Allah yang berlimpah-limpah. Dan ia memberikan tangannya untuk menyambut salaman pria itu dengan tulus.

Sewaktu Corrie merenungkan dalam hati, ia sadar ada kasih Kristus yang mendorong ia untuk mengasihi pria tersebut. Walaupun ia telah begitu kejam kepadanya dan kepada mereka yang lain, namun Corrie harus mengakui bahwa Yesus telah mati bagi pria itu juga.

Semoga kasih Allah mengalir dan memenuhi hati kita senantiasa, sehingga kita mampu mengerjakannya. Tuhan Yesus memberkati kita semua.


by: Pdt. Sonny Budiono, D.Min

No comments:

Post a Comment